Senin, 21 Maret 2016

Special Sparkle: SAiV, Bloody Story. Act; One.

SAiV !
BLOODY STORY,
ACT ONE.ACT ONE

Semilir angin masih menerpa seperti biasa. Saat ada beberapa gerbong kereta yang digerakkan dengan mesin bisingnya. Masih berjalan dengan teratur walau getaran besar yang dikeluarkan cukup terasa, namun tak ada sesiapa yang mewaspada. Orang-orang, para penumpang hilir mudik sembari berdiri, menanti, melirik-lirik ke arah dimana kereta akan datang. Beberapa mencari tempat untuk merebahkan diri, sekedar merehatkan kepenatan diatas sebuah kursi tunggu. Walau sudah kepenuhan dengan penumpang lain yang pun sedari tadi menanti.

            Suara bising dari petugas stasiun yang mengumumkan datangnya kereta atau melintasnya kereta besar kadang sering mengecewakan para penumpang. Menyakitkan. Dikecewakan selalu menyakitkan. Dijanjikan dengan sesuatu yang menyenangkan, namun nihil. Tidak akan datang. Sebenarnya apa yang dinantikan? Keadilan. Keadilan dari kepemimpinan negara ini. Songsong harapan menuju kesejahteraan, selalu saja merugikan beberapa pihak yang lemah gerahamnya.

Kupikirkan itu lagi, otakku semakin panas. Kutemukan, Para bedebah itu, sialan. Sewenangnya melakukan tindakan hina itu didepan umum. Menjijikkan. Sembari menunggu delapan gerbong yang akan dinaiki, mereka bermesraan, melakukan rangkulan, mendaratkan ciuman. Ini stasiun dengan keramaian yang normal, cukup mudah kudekati tanpa dicurigai untuk melakukan eksekusi. Pengumuman tentang kedatangan kereta disuarakan. Mereka yang masih bermesraan bangkit. Berdiri, ingin melanjutkan di dalam lagi nanti.

Sudah kuambil posisi dengan sangat pas. Tepat dibelakang kedua gay sialan ini. Kutuunggu saat yang tepat. Hanya sebelas detik saja. Sebelum ujung kereta melewati arahku. Mereka terlalu rapat dengan garis kuning pembatas.. Lima detik lagi. Kemudian terdengar ledakan keras dan kepulan asap muncul. Orang tidak panik seluruhnya. Hanya sekedar menoleh dan tidak peduli dan ingin segera pergi menaiki kereta yang akan tiba dan berhenti dengan sempurna. Dua lelaki sialan ini menoleh juga ke arah suara ledakan. Dua detik lagi kereta yang belum melambat akan melewati dihadapan kami. Satu detik. Dhuagh.

Suara ledakan lebih besar terdengar lagi. Orang-orang mulai panik. Para wanita berlari dan berteriak Perfect timing! Saat seorang wanita berlari kesebelahku, seolah aku menghindari, namun ku sodorkan tubuhku ke arah dua gay sialan itu yang sedang merangkul erat, hingga tersungkur ke dalam lintasan dan dengan otomatis kereta melindas mereka berdua dengan pemberhentian sempurnanya.
Aku berlari ke arah yang ditujukan oleh petugas untuk segera evakuasi. Pemicu ledakan kecil buatanku sempurna sekali. Tanpa api, tanpa jejak lagi. Hanya suara dan asapnya yang mengepul ke udara. Belum ada yang menyadari hingga kereta kembali diberangkatkan dan dikejutkan dengan dua mayat yang hancur berantakan. Perburuan target nomor 6 dan 7, berjalan sempurna.

-

Pukul sembilan malam.

Masih terlalu cepat untuk kembali ke kediamanku. Rerintikan hujan sempat membasahi bagian atas pakaianku. Kuamankan ranselku dengan anti-weathernya agar beberapa alat perburuanku tidak karatan. Aku menempati sebuah ruangan kecil di sebuah bangunan tinggi. Setelah bernegosiasi dengan petugas keamanan dan kutawarkan harga yang cocok, aku diijinkan menikmati ruangan yang tidak bisa dilacak menurutku. Namun aku selalu merasa was-was, pasti ada yang selangkah lebih maju dariku. Saat kubuka pintu dan masuk, ruangan sudah seperti ada yang menggeledah lembut. Bau yang tidak biasa, rokok yang tak befilter, pastinya yang dihisap. Aku cukup sensitif terhadap bau yang tidak biasa denganku, karena aku bukan juga perokok.

Sebuah meja kecil bertumpukkan buku dan kertas-kertas  yang berada pas didepan pintu bergeser, orang ini menyenggolnya sedikit. Kuambil samurai kecil di saku celanaku, sambil kutelusuri ruangan disebelah yang hanya dihalangi dengan lemari besar dan ada sebuah komputer. Sepertinya psikopat. Benar dugaanku, ia sedang mengakses komputerku dan menggunakan tiga komputer miliknya disekelilingnya. Posisi duduknya membelakangi kedatanganku, dan dengan cepat, ku rangkul lehernya dan ku tarik ia kebelakang. Ia melawan, rangkulanku mudah ia lepaskan, tapi dengan sangat cepat ku ayunkan benda tajam ke arahnya, tepat dilehernya namun ternyata ia sudah siap menarik pelatuk pistolnya yang sudah menempel di kepalaku.

“calm down, idiot! Ini aku. Maaf kalau masuk dengan tidak sopan. Dan juga sedikit penggeledahan, kupikir kau punya cemilan.”

“cyberking? Oh come on. Bagaimana kau bisa tahu tempatku?”

“ah, jangan panggil nama itu. Tempatmu? Kau pikir kau sudah bisa menghilang dengan sempurna? Seperti hantu? Kau selalu berjejak, Owl. Selalu besuara. Ponselmu. Aku selalu melacak ponselmu yang selalu menggunakan pass code yang sama.”

“iya tapi sudah kuganti secara berkala, dan juga aku mendiami tempat ini karena system keamanan firewall yang tidak bisa ditembus, tapi tetap saja ada.”

“ahahahaha, tidak bisa ditembus ya? Benarkah? Hahaha”

“atau janan-jangan, system di gedung ini, …”

“bukan aku yang merancang, tapi aku konsultan sang perancang. Hahaha”

“dasar, ini aku bawa makanan jika kau butuh camilan, aku mau shalat. Kau sudah shalat Cybey?” kataku sambil meletakkan plastik hitam dan melepas pakaianku yang agak basah.

“pertanyaan horror, baik aku akan shalat bersamamu. Lagi pula, siapa lagi yang bisa shalat di masjid, karena sudah tidak ada tempat ibadah lagi di negara ini. Dan juga aku rindu suara lantunanmu”

“apa sih? Kalimatmu terdengar jijik.”

“oops, no, don’t think that I am like that, kau tahu aku sudah bertunangan dengan Putri, dan aku tahu buruanmu, Owl. Tentang yang terjadi di stasiun hari ini dan lima lainnya. Sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan, baiknya kita shalat dulu.”
-

Sebuah statemen baru selalu lahir untuk dibawa kepada perundang-undangan. Didasari dengan kebebasan atau hak-hak keasasian selalu dituntut demi terwujudnya sebuah peradaban yang dilingkupkan kesejahteraan. Dibungkus lagi dengan kesetaraan dan keadilan. Baru saja maju dari segi ekonomi dan politik, negara ini sudah mencetus peraturan dasar-dasar kenegaraan baru. Bukan lagi dengan dasar-dasar atau asas yang lama. Itu sudah kuno, sudah tidak layak lagi. Agama juga, itu hanya masalah keyakinan hati. Bukanlah sesuatu yang harus menjadi patokan dalam kehidupan sehari-hari.
            
          Para pencetus berotak kaku itu berhasil menghegemoni seluruh lapisan rakyat dengan mudah. Sesiapa menganggap ini semua demi kepentingan rakyat, kepentingan keadilan. Mata uang menjadi pesat meningkat, investor ramai menginvestasi di seluruh kedalaman negeri. Aset-aset menjadi rata terbagi. Tetap saja, selalu ada sosok-sosok yang masih dalam merugi. Resmilah negara ini menjadi raksasa dalam liberalisasi. Sesiapa yang berani menginvansi, bersuara, berbisik bahkan mengeluarkan nafas kalimat-kalimat protes, dalam kurun dua jam ia sudah lenyap dan tidak pernah ditemukan lagi.
           
            “dengar Owl, aku bisa mengamankan keberadaanmu seperti yang kulakukan selama ini.”
            “maksudmu?”
         “kau pikir kau sudah aman? Aku yang menghapus jejak online yang kau telusuri untuk mencari informasi keberadaan target buruanmu.”
            “jadi maksudmu ini tidak gatis, kau menuntut bayaran?”
            “tentu tidak, kau sudah menyelamatkan jiwaku dari kegilaan liar dunia, membuka pikiran, aku bersyukur sekali saat itu disadarkan olehmu. Hingga aku bisa memantaskan diri untuk melamar Putri.”
             “lalu?”
            “aku menawarkan ini, aku harus merekrutmu”
            Ia memutar laptopnya dan aku melihat data-data tentang seperti sebuah perkumpulan rahasia. Foto-foto target, pelaku, visi misi, dan lokasi-lokasi tertentu.
            “tidak, aku lebih suka bermain solo.”
            “ayolah, dengan bergabung, kau bisa lebih mudah mendapatkan target, visi misinya sama denganmu, dan kau bisa membalaskan dendammu pada pemerintah ini. Apa lagi yang, ..”
           “ini bukan tentang pembalasan dendam, Cyb, kau pikir aku dendam? Aku sudah mengiklaskan segalanya yang terjadi. Namun aku harus memperbaiki dengan cara ini. Ini cara yang diperintahkan Tuhan. Aku bisa mengatasi ini sendirian” 
         “itu dia, maksudku. Kelompok ini butuh orang sepertimu. The Leader. Seorang pemimpin. Belum ada yang cocok untuk memberi arahan dengan benar dan rapi. Setiap anggota tidak pernah bertatap muka langsung, namun mereka bisa menerima segala perintah dengan baik selama ini. Kau pikir kau sendirian melakukannya? Menurutmu siapa dengan sengaja berlari kearahmu agar kau bisa mendorong targetmu. Mereka selalu disana, membantu melancarkan misi ini.”
          “tidak. Dio, dengar, bukan aku tidak percaya pada kau. Tapi, aku memang tidak pernah percaya lagi kepada siapapun di dunia ini. Aku sudah kenyang dengan hal-hal semacam itu. Dikecewakan, dibohongi oleh orang terdekatku sendiri”
“baik, mungkin tidak kali ini. Jika kau sudah matang, hubungi aku dan bergabunglah dengan aliansi ini. Okay, oh iya. Apa lukamu sudah sembuh?”
“sudah, Alhamdulillah. Kau mau bergegas?”
“ya, aku harus pulang, seminggu lagi pesta pernikahanku, aku sudah mendaftarkanmu sebagai pemberi tausiyahnya. Jangan lupa tanggalnya, dan aku juga sudah memasukkan data terbaru tentang target yang bisa kau buru, orang-orang itu mungkin datang ke tempatku nanti jadi kau bisa eksekusi saja. Baiklah, aku pamit.”


Teman kecilku, Cyberking, Claudio. Ia selalu menyuspkan asip-arsip penting untukku dengan mudah. Karena ia merupakan bagian dari instansi pemerintah, tapi ia tetap ramah. Aku tahu ia sengaja agar bisa merekrutku. Kubuka kembali tentang data aliansi itu. SAIV, nama yang tidak asing, suku kata dari ‘save’? penyelamatan? atau ‘saif’? pedang? mungkin keduanya. Masih mencari pemimpin, cih, kenapa harus aku yang didepan. Sebaiknya aku teliti dulu anggotanya yang ternyata seluruhnya bisa diandalkan untuk bidang eksekutor. Mereka diberi inisial angka. Wajah tak pernah terlihat. Baik, aku harus pantau perburuannya. Halo, nomor tiga. Semoga kau tidak mengacaukan perburuan selanjutnya.

1 komentar: